Rabu, 20 September 2017
Makna 1 muharram 1439 Hijriyah
Jumat, 09 Juni 2017
Kisah Keislaman Abu Dzar Al-Ghifari
Ibnu Abdul Birr di dalam kitab "Al-Isti'ab" mengetengahkan kisah nyata tetang keislaman Abu Dzar Al-Ghifari, berasal dari Abudullah bin Abbas, sebagai berikut :
Ketika Abu Dzar Al-Ghifari mendengar berita tentang kenabian Muhammad SAW ia meninggalkan daerah pemukimannya pergi ke Makkah dengan maksud hendak menemui beliau. Karena tidak mempunyai kenalan di kota itu ia masuk ke dalam Ka'bah. Di tempat itu ia melihat Rasulullah SAW, tetapi tidak mengenal beliau dan tidak mengetahui bahwa yang dilihatnya itu seorang Nabi yang sedang dicari-cari. Abu Dzar seseorang yang mempunyai kewaspadaan yang tinggi, karenanya ia tidak mau bertanya kepada siapapun juga untuk mendapatkan petunjuk dimana Rasulullah SAW berada. Ketika itu beliau masih melakukan dakwahnya secara diam-diam mengambil tempat di rumah seorang sahabat bernama Al-Arqam bin Al-Arqam, dan kaum musyrikin Quraisy pun sedang gencar-gencarnya melancarkan permusuhan terhadap beliau dan terhadap setiap orang yang diketahui telah memeluk Islam. Karena sangat letih Abu Dzar berbaring di dalam Ka'bah hingga malam hari. Secara kebetulan Ali bin Abu Thalib masuk ke dalam Ka'bah dan ia melihat seorang perantau sedang berbaring. Dengan suara lirih ia berkata seorang diri, "Orang ini seperti perantau!" Mendengar ucapan Ali bin Abu Thalib itu Abu Dzar bangun dan menyahut, "Ia, benar." Ali bin Abu Thalib mengajaknya pulang ke rumah.
Abu Dzar dalam menceritakan pengalamannya sendiri antara lain mengatakan :
"Aku kemudian pergi bersama dia (Ali bin Abu Thalib). Ia tidak menanyakan sesuatu tentang diriku dan aku pun tidak menanyakan sesuatu mengenai dirinya. Aku tidak tahu siapa dia dan ia pun tidak tahu siapa aku. Malam itu aku tidur menginap di rumahnya hingga pagi hari. Keadaan masih mengharuskan masing-masing bersikap waspada, karena itu ia tetap tidak menanyakan siapa aku, dan aku pun tidak menanyakan siapa dia.
Pagi-pagi buta aku pergi lagi ke Ka'bah dan tinggal di sana sambil menyadap berita hingga petang, aku tidak berniat hendak meginap lagi di rumah orang itu akan tetapi tiba-tiba ia menghampiriku dan menegur, kenapa aku tidak pulang ke rumahnya. Ia mengajakku pulang ke rumahnya, tetapi ia masih tetap tidak mengenal siapa aku dan akupun tidak mengenal siapa dia. Aku tidak mau menceritakan diriku kepadanya dan iapun tidak menceritakan dirinya kepadaku. Demikianlah keadaanku berlangsung hingga hari ke tiga. Pada hari ke tiga itu barulah ia mau bertanya, 'Apakah anda mau mengatakan kepadaku, apa yang sebenarnya mendorong anda datang ke kota ini?'
Aku menjawab, 'Kalau anda berjanji akan memberi petunjuk kepadaku, pertanyaan anda akan kujawab.'
Ia berjanji, kemudian kuberi tahu bahwa aku sedang mencari seorang Nabi yang datang membawa kebenaran dan Ia seorang utusan Allah. Ia (Ali bin Abu Thalib) berkata, 'Baik, besok pagi ikutilah aku, tetapi aku khawatir kalau ada orang yang melihat anda. Karena itu anda supaya berjalan agak jauh di belakangku. Bila ada orang yang melihat aku akan berhenti pura-pura buang air kecil. Apabila anda melihat aku berjalan lagi ikutilah dari belakang, kemudian jika anda melihat aku masuk ke dalam sebuah rumah ikutlah masuk melalui pintu yang kulalui!' Aku berangkat mengikutinya dari kejauhan hingga ia masuk ke dalam sebuah rumah. Ketika aku masuk ke dalam rumah itu kulihat beberapa orang sedan berkumpul. Pada saat itu barulah aku diberi tahu bahwa orang yang mengajakku datang ke tempat itu bernama Ali bin Abu Thalib. Kemudian olehnya aku diperkenalkan dengan Muhammad Raulullah SAW. Alangkah gembiranya hatiku hingga aku tak dapat menahan linangan air mata. Di hadapan beliau aku mengikrarkan Dua Kalimat Syahadat, dan sejenak itu tak ada sesuatu yang kudambakan di dunia ini selain kebenaran Allah dan Rasul-Nya. Rumah yang kumasuki itu ternyata adalah rumah Al-Arqam bin Al-Arqam.
Semoga bermanfaat untuk sobat Muslim
Sumber : Tarbiyatul
Minggu, 28 Mei 2017
Kisah Majusi Marahi Anaknya Yang Makan Di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang dimuliakan oleh seluruh umat Islam. Semua umat Islam menyambut gembira datangnya bulan tersebut dan menghormati kesucian bulan Ramadhan.
Namun dibalik dibalik kegembiraan datangnya Ramadhan rupanya ada seorang nonmuslim yang beragama Majusi yang diam-diam ikut menghormati dan memuliakan bulan Ramadhan ini. Padahal Majusi sendiri adalah agama yang mengajarkan untuk menyembah api.
Dan berikut kisah lengkap tentang orang Majusi ketika menemui bulan Ramadhan.
Suatu hari ada seorang anak majusi yang makan secara terang-terangan di muka umum di tengah-tengah pasar. Padahal waktu itu adalah bulan Ramdhan, bulan di mana umat Islam sedang melaksanakan ibadah puasa.
Ketika anak majusi itu sedang enak-enaknya makan, tiba-tiba ayahnya datang, lalu menyeret dan memukuli anaknya itu sambil berkata “Seharusnya kamu pandai menghormati umat Islam yang sedang melaksanakan puasa ramadhan, tapi mengapa kamu tidak tahu diri makan di pasar.!?”
Perlu diketahui bahwa orang majusi penyembah api terkenal sangat keras dalam mengajar dan mendidik anak-anaknya.
Dikisahkan bahwa beberapa tahun kemudian, orang majusi itu meninggal dunia, dan pada suatu malam, seorang 'alim mengalami mimpi bertemu dengannya, dalam mimpinya ia melihat orang majusi itu duduk di atas ranjang indah di surga.
Lalu orang 'alim itupun bertanya kepada orang majusi tadi : "Bukankah anda seorang Majusi? Mengapa ada di tempat ini?
Maka orang majusi itupun menjawab : "Memang pada awalnya aku seorang majusi, tetapi ketika menjelang ajalku, hatiku merasa tersentuh untuk memeluk Islam, ketika itu aku mendengar sebuah seruan di atasku : "Hai para malaikat-Ku, jangan biarkan ia mati tersesat dengan agama majusinya, angkatlah dia menjadi seorang muslim terhormat, sebab ia telah menghormati bulan suci Ramadhan".
Demikian cerita orang majusi tadi, ternyata dia telah memeluk islam sebelum ajalnya tiba. Sehingga ia pun bisa berada di dalam surga. Dikutip dari kitab ( "Durratun Nashihin, hal. 41-42. Cetakan 1987" ).
Rupanya saat orang tersebut menjelang ajalnya Allah berfirman kepada malaikatNya untuk menuntun orang tersebut agar bisa membaca dua kalimat sahadat. Allah tidak rela dia masuk kedalam neraka disebabkan ia telah menghormati bulan ramadhan. Karena telah menghormati bulan ramadhan diapun di hormati oleh Allah dengan dimasukkan ke dalam surgaNya. Masya Allah
Itulah kisah seorang kafir yang beragama Majusi yang mendapatkan kemuliaan dan pertolongan Allah hanya karena menghormati Bulan Ramadhan. Dan tentu ganjaran jauh lebih besar akan diberikan pada seorang muslim yang memang sepatutnya menghormati Bulan Ramadhan.
Sumber : Tarbiyatul Aulad
5 Keutamaan Khusus Bulan Ramadhan
Bagi kita beragama Islam, memang sudah sepantasnya kita mengucapkan banyak rasa syukur kepada Allah SWT. Karena Allah telah pilih kita dalam ummat ini. Begitu banyak keutamaan dalam Ummat ini sehingga membuat iri para Nabi-nabi terdahulu. Bahkan dalam riwayat ada seorang Nabi yang ingin dijadikan ikut sebagai Ummat ini.
Kali ini Berita Islam akan berbagi mengenai keutamaan khusus dibulan Ramadhan yang belum pernah diberikan pada Para Nabi sebelumnya.
Rasulullah SAW bersabda, "Di bulan Ramadhan, umatku mendapatkan lima keutamaan khusus yang tidak diperoleh oleh umat nabi-nabi sebelumku.
1. Apabila datang awal Bulan Ramadhan maka Allah memandang mereka dengan pandangan Rahmat dan barang siapa yang dipandang Allah dengan Rahmat dia tidak akan disiksa selama-lamanya.
2. Para malaikat memintakan ampunan bagi mereka pada setiap siang dan malam.
3. Allah memerintahkan kepada surga-Nya dan berfirman: berhiaslah engkau untuk hamba-hambaku yang berpuasa agar mereka dapat beristirahat melepaskan kepayahan di dunia menuju rumah-Ku dan kemuliaan-Ku.
4. Bau mulut mereka saat berpuasa (di sisi-Ku) lebih harum dari pada wewangian Al-Misk.
5.Pada akhir malam bulan Ramadhan, Allah mengampuni dosa semua mereka. Seorang lelaki dari sahabat bertanya; ‘apakah itu adalah malam lailatul Qadar?’. Jawab Rasulullah; ‘Tidak. Apakah engkau tidak melihat kepada pekerja-pekerja yang bekerja. Apabila mereka telah selesai dari pekerjaan mereka, maka disempurnakanlah upah-upah bagi mereka”.
(Riwayat Imam Ahmad, al-Bazzar dan al-Baihaqi dari Jabir r.a.)
Untuk itu sobat marilah kita Gunakan Bulan Yang penuh berkah ini kita isi dengan berbagai amal sholeh kepada Allah SWT. Ingat Sobat !! Tidak akan pernah kita temukan suasana yang begitu indah kecuali pada Bulan Ramadhan.
Dan belum tentu kita juga bertemu pada bulan Ramadhan tahun depan. So.. Gapailah Keutamaan Ramadhan diatas dengan Meluruskan Niat dan Memperbaiki amal ibadah kita kepada Allah SWT.
Semoga bermanfaat untuk sobat muslim setanah air
Sumber : Tarbiyatul Aulad
Jumat, 26 Mei 2017
Tips Sehat Selama Puasa Ramadhan
Berpuasa di siang hari tidak lantas menjadikan tubuh menjadi lesu. Pola makan yang berubah selama Bulan Puasa harus disiasati dengan benar agar tubuh tetap sehat dan bugar dalam menjalankan aktifitas di siang hari. Terlebih lagi, setelah melewati Ramadhan, selain menjadi lebih dekat kepada Allah, kita juga menjadi individu yang lebih sehat daripada sebelumnya.
Berikut adalah beberapa tips sehat selama Bulan Puasa Ramadhan:
Tips Puasa Ramadhan: Makan Sahur
1. Atur waktu anda untuk menyantap sahur di akhir waktu. Selain berguna untuk menunjang puasa anda di siang hari, makan sahur di akhir waktu lebih diutamakan berdasarkan sunnah Rasul.
Tips Puasa Ramadhan: Selama Berpuasa
Tips Puasa Ramadhan: Buka Puasa
Baca juga: Manfaat kurma untuk berbuka puasa
Dengan menjalankan tips-tips sehat di atas, semoga puasa kita semua menjadi lebih lancar, hikmat, dan juga sehat. Semoga bermanfaat.
Sumber : Tarbiyatul Aulad
Kamis, 18 Mei 2017
Kisah Cinta Santri Salafi
Tidak seperti biasa, pagi itu aku begitu bingung dan bimbang. sudah satu bulan Nidya, santriwati satu-satunya yang pernah aku kenal, tak lagi menghiasi handphoneku dengan kata-kata indahnya. Aku bingung, apakah dia telah mengetahui isi hatiku yang semakin hari semakin sulit untuk tidak mengingat namanya, Sehingga ia menjauh dan tak pernah lagi mau bersua. Seingatku aku tidak pernah berbuat kesalahan kepadanya. Aku benar-benar gelisah, karena dia yang telah megisi hatiku dengan sesuatu yang tak pernah ada sebelumnya. Hampir tidak mungkin santri lugu sepertiku jatuh cinta. Tapi apakah ini cinta? Fikiran dan logika terbaikku tak mampu menjawabnya.
‘ Dread…dread…dread ’
Setelah maghrib aku menepati janjiku. Aku berjalan menuju pemandian Pelita. Semakin dekat aku dengan pemandian itu, semakin kacaulah hatiku, keringat dingin membasahi tubuhku. Disanalah rumah seorang muslimah yang namanya telah menyatu dengan aliran darahku.
“ Assalamu’alaikum… bang husennya ada ? ” Tanyaku pada salah seorang santri di pemandian itu.
“ kalau bisa sekarang, kenapa tidak. kan semakin cepat semakin baik ”.
“ Ayo put, kita berangkat ! ”, teguran bang husen membuatku tersadar.
“ Wa’alaikum salam, ini husein ya? ”
Aku mengambil HP yang sedari tadi mengurung diri di balik tas. aku yakin dia belum tidur. Karena dulu ia pernah berkata bahwa ia belajar mulai dari isya sampai jam 02.00 malam. Meskipun rasa itu semakin tak terkendali, aku berusaha untuk menstabilkan emosi, karena bagaimapun obat sang pecinta tiada lain kecuali bertemu dengan dambaan hatinya.
“messege delivered”.
Ana masih terus menulis, melanjutkan cerita yang sempat tertunda karena keterbatasan ruang untuk menulis sms. technologi sms hanya memungkinkan mengirim max 450 karakter.
Dari kata-katanya aku bisa menduga bahwa hatiku dengan hatinya tidaklah sama. Jika hatiku cenderung kepadanya, bisa jadi ia malah sebaliknya. Hal itulah yang sangat aku takutkan, aku takut ia menjauh dariku. Aku sadar, beberapa bulan terakhir, dalam seminggu aku pasti menghubunginya atau minimal mengirimkan sms.
Aku tidak menghiraukan sms Nidya. Aku langsung mengirimkan sms yang telah aku tulis sebelumnya. “Messege sent”. Agak lama aku menunggu, andai saja tidak ada buku yang bisa aku baca, bisa-bisa aku tertidur pada sa’at itu juga. akhirnya sebuah pesan singkat menggetarkan HPku,
G’k over kok Nid… biasa aja. Mungkin Krn ana ngak terbiasa bergaul dengan teman-teman cwek jadinya yang kayak gini.. tp jujur! Ada dua muslimat yang ketika melihatnya bisa mengigatkan semua kesalahan ana, dan salah satunya adalah Nidya
Messege delivered.
Setelah semua prahara yang terjadi didalam hatiku, aku ceritakan kepadan Nidya, aku merasa sangat lega, aku bangga karena tidak termasuk orang-orang pengecut, yang tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada orang yang ia cintai. aku juga bersyukur Karena tidak seperti mereka yang sedih ketika cintanya bertepuk sebelah tangan dan bahagia ketika cintanya di terima.
Selasa, 09 Mei 2017
Bersikap Baik Dan Bijak
Di suatu sore, nampak Pertapa Muda bermeditasi di bawah pohon di tepi Sungai. Saat konsentrasi, tiba-tiba perhatiannya terpecah kala terdengar Gemericik air yang tidak beraturan.
Perlahan Ia buka mata & melihat ke sumber suara.
Ternyata, ada seekor Kepiting yang berusaha keras tuk raih tepian sungai agar tak hanyut oleh derasnya arus...
Melihat itu, sang Pertapa merasa iba, Ia'pun segera ulurkan tangan ke arah Kepiting.
Dengan SIGAP si Kepiting menjepit jari si Pertapa muda.
Meski jarinya terluka, hatinya SENANG karna bisa menyelamatkan si Kepiting.
Kemudian, Dia lanjutkan Pertapaannya. Namun saat Ia mulai bermeditasi, terdengar lagi suara yang sama dari tepi sungai.
Ternyata si Kepiting terpeleset kembali, dengan CEPAT si Pertapa kembali ulurkan tangan & biarkan jarinya di capit kembali.
Kejadian itu berulang, yang buat tangan si Pertapa Bengkak & membiru.
Ternyata ada seorang Kakek yang memperhatikan kejadian itu, lalu Beliaupun mendekati sang Pertapa.
"Anak muda, Perbuatanmu adalah cerminan HATIMU yang Baik. Tapi, mengapa demi menolong Kau biarkan capit Kepiting itu melukai tanganmu?" Ujar si Kakek.
"Kakek, biarlah tanganku terluka asal si Kepiting Selamat, karna hanya dengan mencapitlah caranya tuk selamat" Jawab si Pertapa
Kemudian sang Kakek memungut sebatang ranting. Ia lantas ulurkan ranting itu ke arah Kepiting yang terlihat kembali melawan arus. Si Kepitingpun menangkap ranting itu dengan capitnya.
"Lihatlah Pemuda, Melatih Sikap Belas Kasih itu memang BAIK, tapi harus BIJAK. Bila tujuan Kita Baik, tuk MENOLONG, mengapa Harus korbankan Diri Sendiri, Banyak Hal lain yang bisa di manfaatkan, kan?" Imbuh si Kakek.
Akhirnya si Pemudapun sadar.
"Terima kasih Kek atas segala Ilmu yang Berharga ini"
Berbuat Baik itu adalah PERBUATAN MULIA. Namun CARANYAPUN harus Baik & BIJAK.
Semoga bermanfaat untuk Sobat Muslim
Sibuk Menilai Orang Lupa Memperbaiki Diri Sendiri
Ada seorang pemuda yang bertanya tentang sebuah fenomena yang tengah terjadi disekitar kehidupannya. Dia menanyakan kegundahan hatinya kepada seorang Syaikh.
"Wahai Syaikh," ujar seorang pemuda, "Manakah yang lebih baik, seorang muslim yang banyak ibadahnya tetapi akhlaqnya buruk ataukah seorang yang tak beribadah tapi amat baik perangainya pada sesama?"
"Subhanallah, keduanya baik," ujar sang Syaikh sambil tersenyum.
"Mengapa bisa begitu?"
"Karena orang yang tekun beribadah itu boleh jadi kelak akan dibimbing Allah untuk berakhlaq mulia bersebab ibadahnya. Dan karena orang yang baik perilakunya itu boleh jadi kelak akan dibimbing Allah untuk semakin taat kepadaNya."
"Jadi siapa yang lebih buruk?" desak si pemuda.
Airmata mengalir di pipi sang Syaikh.
"Kita anakku," ujar beliau.
"Kitalah yang layak disebut buruk sebab kita gemar sekali menghabiskan waktu untuk menilai orang lain dan melupakan diri kita sendiri."
Beliau terisak-isak.
"Padahal kita akan dihadapkan pada Allah dan ditanyai tentang diri kita, bukan tentang orang lain.
Semoga kita mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah singkat ini. Semoga kita semua menjadikan semakin baik akhlaq dan ibadah kita.
Semoga Bermanfaat
Kisah Sifat Amanah Dalam Hal Jual Beli
"Pelayanku telah salah jual. Ia telah menjual baju kepada Anda seharga sepuluh dirham, padahal harganya cuma lima dirham."
"Tidak apa-apa Tuan, saya ikhlas kok."
"Ya, Anda rela. Akan tetapi aku tidak rela sampai kita sama-sama rela. Anda pilih salah satu dari tiga usulan. Anda ambil baju yang senilai sepuluh dirham, atau kembalikan uang yang lima dirham itu atau Anda kembalikan baju kami dan Anda akan menerima dirham milik Anda."
"Kembalikan kembalian lima dirham milikku saja."
"Siapakah orang tadi ya?"
"Ia adalah Muhammad Ibnu al-Munkadir."
"Laa ilaaha illallah....orang inilah yang kami cari-cari di padang sahara sana bila kami kelaparan."
Masih adakah orang seperti beliau di zaman serba modern ini...?
Wallahu A'lam
Raden Rahmat/Sunan Ampel
Pada suatu hari di kerajaan Majapahit.
PRABU Sri Kertawijaya tak kuasa memendam gundah. Raja Majapahit itu risau memikirkan pekerti warganya yang bubrah tanpa arah. Sepeninggal Prabu Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, kejayaan Majapahit tinggal cerita pahit. Perang saudara berkecamuk di mana-mana. Panggung judi, main perempuan, dan mabuk-mabukan menjadi ”kesibukan” harian kaum bangsawan –pun rakyat kebanyakan.
Sabtu, 06 Mei 2017
Sebuah Tes Tulis Lamaran Kerja
dari 2000an pelamar & jawaban, hanya 1 yg diterima, Orang tersebut tidak menjelaskan jawabannya, hanya menulis dengan singkat :
Kaya Dan Miskin
Setelah kembali dari perjalanan mereka, si ayah menanyai anaknya :
“Bagaimana perjalanannya nak?”.
“Perjalanan yang hebat, yah”.
“Sudahkah kamu melihat betapa miskinnya orang-orang hidup?,” Si bapak bertanya.
“O tentu saja,” jawab si anak.
“Sekarang ceritakan, apa yang kamu pelajari dari perjalanan itu,” kata si bapak.
Si anak menjawab :
Saya melihat bahwa kita punya satu anjing, tapi mereka punya empat anjing.
Kita punya kolam renang yang panjangnya sampai pertengahan taman kita, tapi mereka punya anak sungai yang tidak ada ujungnya.
Kita mendatangkan lampu-lampu untuk taman kita, tapi mereka memiliki cahaya bintang di malam hari.
Teras tempat kita duduk-duduk membentang hingga halaman depan, sedang teras mereka adalah horizon yang luas.
Kita punya tanah sempit untuk tinggal, tapi mereka punya ladang sejauh mata memandang.
Kita punya pembantu yang melayani kita, tapi mereka melayani satu sama lain.
Kita beli makanan kita, tapi mereka menumbuhkan makanan sendiri.
Kita punya tembok disekeliling rumah untuk melindungi kita, sedangkan mereka punya teman-teman untuk melindungi mereka.
Ayah si anak hanya bisa bungkam.
Lalu si anak menambahkan kata-katanya : “Ayah, terima kasih sudah menunjukkan betapa MISKIN-nya kita”.
Hikmah yang bisa diambil dari kisah inspirasi diatas :
- Kaya dan Miskin tergantung pada persepsi kita sendiri, bukan pada penilaian orang lain.
- Orang lain yang tampak miskin bagi kita, boleh jadi termasuk kaya menurut orang lain, atau bahkan mereka sendiri
- Kisah diatas mendorong kita untuk selalu melihat perspektif lain...
Hikmah Dari Kehilangan
Setelah hari berganti hari, pada malam hari, pria tua itu dikejutkan dengan suara kuda. Dia langsung bangkit dan melihat ke arah luar rumah, tampak kudanya yang hilang telah kembali dan membawa seekor kuda betina entah milik siapa yang menjadi pasangannya. Tentu saja, seperti peraturan di desa itu, kuda yang tidak diketahui pemiliknya atau liar akan menjadi milik mereka yang menemukan. Para tetangga memberi selamat pada pria tua yang telah mendapatkan kembali kudanya serta tambahan satu kuda secara cuma-cuma.
Setelah waktu berjalan, anak laki-laki dari pria tua tersebut mulai berlatih untuk naik ke atas punggung kuda dan memacu kuda tersebut di sekitar area perkebunan. Sayangnya, pada suatu hari, anak laki-laki itu jatuh dari atas punggung kuda dan mengalami cedera kaki yang sangat parah. Perlu waktu lama untuk sembuh, tetapi sekalipun telah sembuh, anak laki-laki itu tidak bisa berjalan normal. "Tidak apa-apa, nak" ujar si pria tua, "Mungkin hal ini akan mendatangkan sesuatu yang lebih baik untuk mu,"
Tahun berganti tahun. Perang telah berakhir dan para anak laki-laki yang bertempur kembali ke desa. Ternyata hanya beberapa yang kembali, karena kebanyakan dari mereka ternyata tewas di medan perang. Sang pria tua sedikit bersyukur karena anak laki-lakinya tetap dalam kondisi sehat dan semakin pintar mengurus perkebunan. Sehingga, tidak ada yang perlu disesali karena bagi keluarga tersebut, kebahagiaan tidak hanya dinilai pada saat sesuatu terjadi, tetapi juga pada masa-masa setelahnya.
Sahabat, hikmah dari cerita tersebut kita harus belajar bahwa setiap kali kita merasa kehilangan, sesungguhnya apa yang kita tangisi tidak benar-benar hilang, karena pada saat yang tidak akan kita sangka, kita akan mendapatkan hikmah dari rasa kehilangan tersebut. Kita akan merasakan kebahagiaan lebih berlipat jika kita pernah merasakan kehilangan. Tetapi rasa bahagia itu akan datang saat kita bisa melepaskan dengan rela apa yang telah hilang, tidak dengan meratapi atau menangisi terus-menerus.
Soal Ujian
Kakaknya pun rela untuk tidak menikah tahun ini, karena ia harus menyisihkan sebagian gajinya untuk membiayai tugas akhir dan biaya-biaya laboratorium serta praktikum yang cukup tinggi untuk Riri.
Kini tiba saatnya Riri harus mengikuti ujian semester akhir, mata kuliah yang diberikan oleh dosennya cukup unik. Saat itu sang dosen ingin memberikan pertanyaan-pertanyaan ujian secara lisan.
“Agar aku bisa dekat dengan mahasiswa.” cerita Riri menirukan kata dosennya kepada mahasiswa beberapa waktu lalu.
Satu per satu pertanyaan pun dia lontarkan, para mahasiswa berusaha menjawab pertanyaan itu semampu mungkin dalam kertas ujian mereka.
Ketakutan dan ketegangan Riri saat ujian terjawab saat itu, pasalnya 9 pertanyaan yang dilontarkan oleh sang dosen lumayan mudah untuk dijawab olehnya. Jawaban demi jawaban pun dengan lancar ia tulis di lembar jawaban.
Hingga sampailah pada pertanyaan ke-10.“Ini pertanyaan terakhir.” kata dosen itu.
Sontak saja mahasiswa seisi ruangan pun tersenyum. Mungkin mereka menyangka ini hanya gurauan, jelas pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan mata kuliah yang sedang diujikan kali ini, pikir Riri dalam benaknya.
“Ini serius !” kata sang dosen yang sudah agak tua itu dengan tegas. “Kalau tidak tahu mending dikosongkan aja, jangan suka mengarang nama orang ! ”. lanjutnya mengingatkan.
Riri tahu persis siapa orang yang ditanyakan oleh dosennya itu. Dia adalah seorang ibu tua, orangnya agak pendek, rambut putih yang selalu digelung. Dan ia juga mungkin satu-satunya cleaning service di gedung jurusan kedokteran tempat Riri kuliah. Ibu tua itu selalu ramah serta amat sopan dengan mahasiswa-mahasiswi di sini. Ia senantiasa menundukkan kepalanya saat melewati kerumunan mahasiswa yang sedang nongkrong. Tapi satu hal yang membuat Riri merasa konyol, justru ia tidak hafal nama ibu tua tersebut !!! Dan dengan terpaksa ia memberi jawaban ‘kosong’ pada pertanyaan ke-10 ini. Ujian pun berakhir, satu per satu lembar jawaban pun dikumpulkan ke tangan dosen itu.
Sambil menyodorkan kertas jawaban, Riri mencoba memberanikan diri bertanya kepada dosennya kenapa ia memberi ‘pertanyaan aneh’ itu, serta seberapa pentingkah pertanyaan itu dalam ujian kali ini ?.
“Justru ini adalah pertanyaan terpenting dalam ujian kali ini” kata sang dosen.
Mendengar jawaban sang dosen, beberapa mahasiswa pun ikut memperhatikan ketika dosen itu berbicara. “Pertanyaan ini memiliki bobot tertinggi dari pada 9 pertanyaan yang lainnya, jika anda tidak mampu menjawabnya, sudah pasti nilai anda hanya C atau D,” ungkap sang dosen.
Semua berdecak, Riri pun bertanya kepadanya lagi, “Kenapa Pak ?” Jawab sang dosen itu sambil tersenyum, “Hanya yang peduli pada orang-orang sekitarnya saja yang pantas jadi dokter.” Lalu sang sang dosen pergi membawa tumpukan kertas jawaban ujian itu sambil meninggalkan para mahasiswa dengan wajah yang masih tertegun.
******
Peduli merupakan langkah awal untuk menjadi pemberi manfaat bagi orang lain serta penyelesai masalah di masyarakat. Dan peduli, sudah seharusnya menjadi milik semua orang, bukan hanya dokter. Jadi, soal ujian Riri nomor ke-10 di atas, kiranya juga menjadi soal ujian untuk kita semua. Maka seberapa pedulikah kita ? sehingga mampu menjawab persoalan-persoalan yang ada disekitar kita. Semoga cerita di atas menjadi hikmah untuk kita.
Wallahu’alaum bishowab
Panjang Tangan dan Sedekah
Apa sebab hal ini dilakukan oleh para istri Nabi SAW? Ternyata, suatu waktu Rasulullah SAW pernah bersabda seperti diriwayatkan Bukhari dan Muslim,
"Bahwa yang paling cepat menyusul diriku dari kalian (istri-istriku) adalah yang paling pajang tangannya."
Yang paling cepat menyusul Rasulullah SAW adalah Zainab binti Jahsy. Sementara Zainab memiliki tangan yang pendek dan bukan yang terpanjang bila dibandingkan dengan istri Nabi SAW lainnya.
Mengapa Zainab? Menurut Aisyah dinukil dari hadits yang sama, karena Zainab bekerja dengan tangannya sendiri dan selalu bersedekah. Bahkan pada suatu riwayat yang dikeluarkan oleh ath-Thbarani dalam al-Ausath disebutkan bahwa Zainab radhiallhu 'anha merajut pakaian kemudian memberikannya kepada pasukan Nabi SAW. Para pasukan Nabi SAW menjahit serta memanfaatkannya pada saat peperangan.
Akhirnya para istri Nabi SAW pun mengetahui maksud Nabi SAW mengenai apa yang disebutnya dengan "panjang tangan", yakni suka bersedekah. Dan Zainab-lah ang dimaksud dalam hadits tersebut.
Wallahu'alam.
Semoga cerita di atas membuat sobat muslim tergerak hatinya untuk selalu bersedekah
10 Ribu rupiah membuat anda mengerti cara bersyukur
Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"
Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami
tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!"
Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!"
Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.
Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.
Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.
Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan: "Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah... Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga...!"
Deggg...!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.
Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. "Ada apa Pak?" Istrinya bertanya.
Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: "Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!"
Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun Budiman kemudian melanjutkan kalimatnya:
"Bu..., aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!
Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.
Bu..., aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah."