Jumat, 09 Juni 2017

Kisah Keislaman Abu Dzar Al-Ghifari

Ibnu Abdul Birr di dalam kitab "Al-Isti'ab" mengetengahkan kisah nyata tetang keislaman Abu Dzar Al-Ghifari, berasal dari Abudullah bin Abbas, sebagai berikut :

Ketika Abu Dzar Al-Ghifari mendengar berita tentang kenabian Muhammad SAW ia meninggalkan daerah pemukimannya pergi ke Makkah dengan maksud hendak menemui beliau. Karena tidak mempunyai kenalan di kota itu ia masuk ke dalam Ka'bah. Di tempat itu ia melihat Rasulullah SAW, tetapi tidak mengenal beliau dan tidak mengetahui bahwa yang dilihatnya itu seorang Nabi yang sedang dicari-cari. Abu Dzar seseorang yang mempunyai kewaspadaan yang tinggi, karenanya ia tidak mau bertanya kepada siapapun juga untuk mendapatkan petunjuk dimana Rasulullah SAW berada. Ketika itu beliau masih melakukan dakwahnya secara diam-diam mengambil tempat di rumah seorang sahabat bernama Al-Arqam bin Al-Arqam, dan kaum musyrikin Quraisy pun sedang gencar-gencarnya melancarkan permusuhan terhadap beliau dan terhadap setiap orang yang diketahui telah memeluk Islam. Karena sangat letih Abu Dzar berbaring di dalam Ka'bah hingga malam hari. Secara kebetulan Ali bin Abu Thalib masuk ke dalam Ka'bah dan ia melihat seorang perantau sedang berbaring. Dengan suara lirih ia berkata seorang diri, "Orang ini seperti perantau!" Mendengar ucapan Ali bin Abu Thalib itu Abu Dzar bangun dan menyahut, "Ia, benar." Ali bin Abu Thalib mengajaknya pulang ke rumah.

Abu Dzar dalam menceritakan pengalamannya sendiri antara lain mengatakan :

"Aku kemudian pergi bersama dia (Ali bin Abu Thalib). Ia tidak menanyakan sesuatu tentang diriku dan aku pun tidak menanyakan sesuatu mengenai dirinya. Aku tidak tahu siapa dia dan ia pun tidak tahu siapa aku. Malam itu aku tidur menginap di rumahnya hingga pagi hari. Keadaan masih mengharuskan masing-masing bersikap waspada, karena itu ia tetap tidak menanyakan siapa aku, dan aku pun tidak menanyakan siapa dia.

Pagi-pagi buta aku pergi lagi ke Ka'bah dan tinggal di sana sambil menyadap berita hingga petang, aku tidak berniat hendak meginap lagi di rumah orang itu akan tetapi tiba-tiba ia menghampiriku dan menegur, kenapa aku tidak pulang ke rumahnya. Ia mengajakku pulang ke rumahnya, tetapi ia masih tetap tidak mengenal siapa aku dan akupun tidak mengenal siapa dia. Aku tidak mau menceritakan diriku kepadanya dan iapun tidak menceritakan dirinya kepadaku. Demikianlah keadaanku berlangsung hingga hari ke tiga. Pada hari ke tiga itu barulah ia mau bertanya, 'Apakah anda mau mengatakan kepadaku, apa yang sebenarnya mendorong anda datang ke kota ini?'

Aku menjawab, 'Kalau anda berjanji akan memberi petunjuk kepadaku, pertanyaan anda akan kujawab.'

Ia berjanji, kemudian kuberi tahu bahwa aku sedang mencari seorang Nabi yang datang membawa kebenaran dan Ia seorang utusan Allah. Ia (Ali bin Abu Thalib) berkata, 'Baik, besok pagi ikutilah aku, tetapi aku khawatir kalau ada orang yang melihat anda. Karena itu anda supaya berjalan agak jauh di belakangku. Bila ada orang yang melihat aku akan berhenti pura-pura buang air kecil. Apabila anda melihat aku berjalan lagi ikutilah dari belakang, kemudian jika anda melihat aku masuk ke dalam sebuah rumah ikutlah masuk melalui pintu yang kulalui!' Aku berangkat mengikutinya dari kejauhan hingga ia masuk ke dalam sebuah rumah. Ketika aku masuk ke dalam rumah itu kulihat beberapa orang sedan berkumpul. Pada saat itu barulah aku diberi tahu bahwa orang yang mengajakku datang ke tempat itu bernama Ali bin Abu Thalib. Kemudian olehnya aku diperkenalkan dengan Muhammad Raulullah SAW. Alangkah gembiranya hatiku hingga aku tak dapat menahan linangan air mata. Di hadapan beliau aku mengikrarkan Dua Kalimat Syahadat, dan sejenak itu tak ada sesuatu yang kudambakan di dunia ini selain kebenaran Allah dan Rasul-Nya. Rumah yang kumasuki itu ternyata adalah rumah Al-Arqam bin Al-Arqam.

Semoga bermanfaat untuk sobat Muslim

Sumber : Tarbiyatul